Minggu, 17 April 2011

Kemahiran Berbicara : Sukses Berpidato

1 komentar
Ada sebuah pepatah bijak: “Keberanian bukan bukan menaklukkan musuh-musuhmu. Keberanian sejati adalah saat kita mampu mengendalikan diri sendiri.

Barangkali pepatah itu sesuai dengan diri kita yang takut untuk berpidato. Namun, keberanian juga tidak tumbuh dengan tergesa-gesa. Keberanian muncul dengan adanya proses dalam diri seseorang. Ia akan selalu belajar menumbuhkan keberanian itu dengan bijak. Ia mau belajar dari kesalahan sehingga keberanian itu bisa muncul dengan diiringi pengendalian diri.

Agar memiliki keberanian berpidato, pembicara (pemula) perlu waktu yang cukup lama untuk berlatih secara bertahap. Berikut ini tahap yang dapat dilakukan oleh kita untuk menumbuhkan, memantapkan, dan mengembangkan keberanian berpidato.

Berikut ini langkah-langkah untuk memunculkan keberanian saat memulai berpidato.

1. Mulailah dari Hal-hal di Sekitar Kehidupanmu

Dalam mengawali pidato, kita dapat memulainya dari kehidupan di sekitar kita sendiri. Untuk belajar bagian ini, kita dapat berkumpul dengan teman-teman dekatmu. Dengan demikian, kita tidak akan canggung untuk mengutarakan siapa diri kita. Anggaplah kita sedang mencurahkan jatidiri kita kepada teman-teman.

Sebenarnya, apa yang kita ungkapkan tersebut merupakan cikal bakal saat kita akan membicarakan tema yang akan kita angkat dalam pidato tersebut. Untuk selanjutnya, kita dapat mengembangkan sendiri pembicaraan yang kita sampaikan dari pidato tersebut.

Mintalah teman-temanmu untuk memperhatikan cara kita mengucapkan kejelasan kalimat, gerakan anggota badan, hingga urutan penyampaian.Dalam latihan ini, kita dan teman-teman dapat melakukannya secara bergiliran. Selain itu, cobalah untuk menetapkan waktu penyampaian pidato, misalnya setiap penyampaian pidato dibatasi hanya dua menit.

Jangan lupa, catatlah masukan-masukan yang dikemukakan temanmu. Kita jangan sungkan untuk minta kritikan dari teman-teman. Anggap masukan tersebut sebagai pembangun untuk lebih meningkatkan kemahiran kita menyampaikan isi pidato.

2. Kemukakanlah Tema yang Menarik dan Kita Kuasai

Tema yang kita anggap menarik dapat kita kuasai akan membantu dalam menyampaikan isi pidato secara jelas. Misalnya, kita tertarik untuk mengemukakan tema lingkungan. Kita dapat memulainya dengan keadaan lingkungan yang ada di sekitarmu. Berikut contoh mengemukakan tema lingkungan dalam pidato.

Untuk mengangkat sebuah tema, kita dapat menuliskan hal-hal yang dianggap menarik. Kita dapat mengamati lingkungan atau keadaan sekitarmu. Catatlah hal-hal yang berhubungan dengan keadaan itu, penyebab hal itu terjadi, hingga pendapatmu mengenai pemecahan masalah agar hal itu tidak terjadi.

3. Membaca Referensi

Pengetahuan akan isi yang kita sampaikan sangat berpengaruh besar terhadap isi pidato. Ilmu pengetahuan dan informasi yang kita peroleh akan sangat membantu meningkatkan isi pidato. Referensi adalah rujukan yang kita dapatkan berdasarkan pengalaman, membaca buku, mendengarkan radio, atau menonton televisi. Kegiatan mengambil referensi untuk bahan pidato ini sangat penting agar isi pidato kita sesuai dengan kondisi kekinian dan mendukung pengetahuan bagi pendengar.

Dari media cetak dan elektronik, tentu kita banyak meng­etahui peristiwa-peristiwa besar yang layak diperhatikan. Misalnya, banjir, pengungsi, kebakaran hutan, terpilihnya seorang pemimpin, kecelakaan lalu lintas. Semua peristiwa itu termasuk peristiwa yang menyita perhatianmu, juga teman-teman. Selanjutnya, kita dan teman-temanmu diminta menyampai­kan pendapat terhadap salah satu dari peristiwa itu. Latihan ini setingkat lebih sulit lagi karena kita dan teman-temanmu harus mengkajinya dari berbagai sudut pkitang.

Kita perlu berpikir lebih keras dibandingkan dengan latihan sebelumnya. Misalnya saja tentang kecelakaan lalu lintas, kita dapat menyampaikan pen­dapatmu dari sudut pengemudi, keadaan kendaraan, keadaan jalan, dan pemakai jalan. Dalam latihan ini, sebaiknya kita menyam­paikan pendapat secara spontan tanpa harus melakukan persiapan yang lama.

4. Belajar dari Pidato Orang Lain

Kegiatan berpidato yang dilakukan orang lain dapat menjadi sumber acuan saat kita menyampaikan isi pidato. Sekali-kali, cobalah kita merekam atau mendengarkan penyampaian pidato seseorang. Amatilah gaya bicaranya sekaligus juga gerak tubuh yang dilakukannya. Kita akan menemukan perbedaan ciri khas antara satu orang dengan orang lain saat ia menyampaikan pidato. Menumbuhkan keberanian berpidato berasal dari diri sendiri. Kita harus mau berlatih dan mendapat masukan dari orang lain.

5. Melatih Pidato di Depan Cermin

Berpidato berhubungan dengan penguasaan diri. Oleh sebab itu, kita harus mampu mengendalikan diri untuk dapat menyampaikan isi pidato dengan baik. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan berpidato di depan cermin. Apa maksudnya? Kita dapat mengenali segala gerak-gerik anggota tubuh saat kita menyampaikan isi pidato. Kita dapat memperhatikan pola ucap mulut hingga ciri khas kita dalam menyampaikan isi pidato.

Jika di kamarmu ada cermin, cobalah kita memulai kegiatan latihan ini. Jadikan cermin sebagai media agar kita mengenali diri. Perhatikan sikap berdiri, gerakan tangan, pkitangan mata, hingga lemah-kuatnya pola pengucapan.

Saat kita berpidato di depan cermin, kita dapat melakukan penilaian sendiri berdasarkan hal-hal berikut.

1. Apakah bunyi vokal atau konsonan diucapkan dengan tepat?
2. Apakah pola intonasi, naik-turun, dan tekanan suara sudah cukup memuaskan?
3. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa kita menguasai isi (tema) pidato?
4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5. Apakah kita merasa cocok untuk menyampaikan pidato tersebut? Jika belu cocok, ulangilah terus sampai kita mampu menjiwai isi pidato tersebut.

Setelah kita memiliki keberanian, mulailah berlatih pidato sederhana. Pidatomu tidak usah panjang-panjang. Masalah yang dibicarakan misalnya masalah sehari-hari yang dekat dengan lingkunganmu. Misalnya, masalah keindahan taman, rencana berlibur, atau masalah-masalah lain yang menarik perhatianmu. Jika berpidato lengkap terasa masih terlalu panjang dan berat, dapat pula latihan berpidato ini dimulai dengan latihan membuka atau menutup pidato saja.

Ketika kita tampil di hadapan orang banyak, semua yang ada pada kita tentu akan diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut, sampai caramu berjalan menuju podium. Sesuatu yang kurang cocok pada dirimu akan menjadi bahan gunjingan. Hal ini tentu amat merugikanmu karena penam­pilanmu memberi kesan kurang simpatik.Ketika berpidato, bebarti kita sedang menjadi pusat perhatian. Untuk itu, kita harus memperhatikan hal-hal yang akan membuatmu percaya diri.

1. Cara Berbusana

Kita harus berpakaian bersih, rapi, dan sesuai. Bersih tidak berarti harus baru dan mahal. Bahkan, pakaian yang terlalu mahal dan perhiasan yang berlebihan akan mengesan­kan adanya niat pamer. Sebaliknya, pakaian yang terlalu seder­­hana dan lusuh, apalagi cara memakainya tampak sekena­nya saja, akan mengesankan kurang meng­hargai pendengar.

Jenis pakaian harus sesuai dengan tempat, waktu, jenis acara, dan pendengar pada umumnya. Berpidato siang atau malam, di sekolah atau di tempat ibadah, acara pesta atau acara dalam suasana berduka, semuanya memerlukan penyesuaian pakaian.

2. Berdiri di Depan Banyak Orang

Sebelum dipersilakan berpidato oleh pembawa acara, sebaik­­nya kita duduk di tempat yang agak tersembunyi. Sebaiknya kita jangan duduk di depan para pendengar. Hal ini bertujuan agar penampilanmu mempunyai daya kejut.

Kalau sebelum berbicara sudah berada di depan pendengar, ketika pembawa acara menyebutkan nama dan memper­silakan kita, maka perhatian pendengar akan biasa-biasa saja. Sebaliknya, jika pendengar belum melihat, ketika namamu itu disebut dan dipersilakan, perhatian pendengar tentu amat besar.

Begitu dipersilakan, kita harus segera berdiri, kemudian menuju tempat berpidato secara wajar dan jangan dibuat-buat. Jangan langsung berbicara begitu sampai di tempat berpidato. Diamlah sebentar sambil menghirup udara sedalam-dalamnya.

3. Ketahuilah Siapa Saja yang Hadir

Kegiatan mengenal siapa saja yang hadir akan membantu kita dalam mengarahkan isi pidato. Sebelumnya, kita dapat melakukan survei siapa saja yang datang. Nantinya, kita akan mempunyai pegangan akan bahasa pidato yang disampaikan. Menyampaikan pidato di depan teman-temanmu tentulah berbeda jika menyampaikan di depan hadirin yang sebagian besar orangtua.

Selain itu, kita pun harus mengetahui jenis acaranya. Berikut ini jenis-jenis acara yang biasanya berisi sambutan atau pidato.

a. Pidato sambutan selamat datang.
b. Pidato perpisahan
c. Pidato penyajian atau perkenalan.
d. Pidato pembukaan suatu acara.
e. Pidato saat memperingati hari jadi atau ulang tahun.
f. Pidato dalam acara hiburan, bazaar, pentas seni, dsb.

4. Kendalikan Anggota Badanmu

Saat berpidato, arahkan matamu ke semua hadirin. Mengapa? Hal ini bertujuan agar semua hadirin merasa diajak ber­bicara. Inilah awal adanya kontak batin antara kita dan hadirin. Untuk meningkatkan adanya kontak batin, pkitangan yang merata itu harus disertai senyum ceria yang ikhlas.

Selain itu, sikap berdiri harus tegak, jangan mengesankan sikap main-main atau sikap takut seperti anak kecil. Gerakan anggota tubuh secara spontan sangat berguna untuk mening­katkan kelancaran dan kemantapan berpidato. Gerakan anggota badan saat kita berpidato jangan terlalu aktif dan jangan pula terlalu pasif.

3. Memanfaatkan Pengeras Suara

Jika pendengar cukup banyak dan ruangan cukup luas, biasanya panitia menyiapkan sarana berupa pengeras suara. Penggunaan alat ini perlu diperhatikan. Jangan sering-sering memegang alat ini sebab akan menimbulkan bunyi mende­ngung, juga mengesankan pembicara tidak tenang.

Kalau hanya untuk mengatur posisi atau untuk meyakinkan bahwa pengeras suara sudah dalam keadaan ”siap”, kita boleh menyentuh pengeras suara tersebut. Tindakan ini dilakukan sebelum kita mulai berbicara. Akan tetapi, setelah itu kita tidak perlu menyentuhnya lagi. Selain itu, jarak antara pengeras suara dan mulut jangan terlalu dekat serta jangan pula terlalu jauh.


Daftar Pustaka

Hendrikus, Dori Wuwur. 2003. Retorika; Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi. Yogyakarta: Kanisius
Lucas, Stephen. 1998. The Art of Public Speaking. Penerbit McGraw-Hill.
Ningrum, Fatmasari. 2003. Sukses Menjadi Penyiar, Scripwriter dan Reporter Radio. Jakarta: Penebar Swadaya
Sumantri, Maman. 1991. Teknik Menyusun Pidato/Sambutan: Bahan Penyuluhan. Jakarta: Balai Pustaka.
Wiyanto, Asul. 1997. Terampil Pidato. Jakarta: Grasindo

Sertifikasi Itu Penting

0 komentar
Arti Penting Sertifikasi IT

Banyak alasan untuk mendapatkan sertifikasi IT (Information Technology). Hal utama adalah sertifikasi di bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi memberikan kredibilitas bagi pemegangnya. Sertifikasi IT menunjukkan para Professional Teknologi Informasi memiliki pengetahuan dan kompetensi yang dapat dibuktikan. Sertifikasi IT juga memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan, khususnya dalam pasar global karena kemampuan dan pengetahuan Profesional Teknologi Informasi dan Telekomunikasi telah diuji dan didokumentasikan.

Nilai Sertifikasi IT untuk Peningkatan Bisnis Perusahaan

Selaras dengan Tujuan Bisnis Perusahaan
1. Memberikan keunggulan bersaing yang nyata.
2. Memberikan pelayanan pada tingkat yang lebih tinggi.
3. Meningkatkan produktivitas kerja.
4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang lebih lengkap.
5. Meningkatkan kredibilitas terhadap mitra bisnis dan pelanggan.
6. Memberikan dampak terukur untuk efisensi dan keuntungan bisnis.
7. Menjadi tujuan penting bagi bisnis perusahaan.

Alat yang penting untuk mempertahankan dan mendapatkan SDM bidang ICT
1. SDM yang memiliki sertifikasi IT lebih loyal dan kurang suka berganti pekerjaan.
2. Sertifikasi IT adalah suatu cara untuk mempertahankan SDM berkompetensi.
3. Berfungsi sebagai pembeda tingkat kemampuan antara staff senior dan staff baru.
4. Berfungsi sebagai skala pembanding untuk kemampuan teknis.
5. Sertifikasi IT memungkinkan pemilihan yang lebih baik dalam proses rekruitmen.
6. Memberikan perusahaan sebuah standar kemampuan yang konsisten.
7. SDM yang memiliki sertifikasi mampu melakukan fungsi pekerjaan dengan baik.

** Sumber : IDC Research, Certification Magazine Salary Survey 2002,
IT Skills Research 2002

Siapakah yang Memerlukan Sertifikasi IT?

Bidang pekerjaan tertentu mensyaratkan kualifikasi dan kompetensi dalam menjalankan prosesnya. Employer dapat mengetahui bahwa SDM yang dicarinya berkualitas tanpa perlu membuang waktu dan tenaga untuk menguji satu-persatu calon karyawannya. Agar lebih jelas dibawah ini adalah mereka yang memerlukan sertifikasi IT :

1. Profesional ICT (operator, administrator, developer, engineer, specialist).
2. Akademisi ICT (trainer, lecturer, instructor and teacher).
3. Manager dan Supervisor ICT.
4. Semua pihak yang terlibat dalam pengembangan TI dan telekomunikasi.

Sertifikasi yang paling populer di bidang jaringan adalah sertifikasi Cisco. Memang bukan rahasia bahwa Cisco merupakan pemegang pangsa pasar terbesar di bidang jaringan sampai saat ini. Selain sertifikasi Cisco, sertifikasi di bidang jaringan yang juga cukup populer adalah sertifikasi yang diberikan oleh CompTIA, Novell, dan Solaris.

Sertifikasi Cisco Networking Academy

Cisco memiliki tiga jenjang sertifikasi, yaitu Associate, Professional, dan Expert. Jenjang sertifikasi Cisco secara umum meliputi Cisco Certified Network Associate (CCNA), Cisco Certified Network Professional (CCNP), dan Cisco Certified Internetworking Expert.(CCIE). Selain tiga jenjang umum tersebut, Cisco juga memiliki jalur spesialisasi, seperti network design, security, dan business networking. Beberapa jenis sertifikasi untuk jalur spesialisasi ini di antaranya adalah Cisco Certified Designing Associate (CCDA), Cisco Certified Designing Professional (CCDP), dan Cisco Security Specialist 1 (CSS1), dan lain sebagainya.

Cisco Certified Network Associate (CCNA) merupakan fondasi awal untuk menapaki jenjang sertifikasi yang lain. Pemegang sertifikasi ini diharapkan sudah profesional dalam hal menginstall, mengkonfigurasi, dan mengoperasikan jaringan LAN atau WAN untuk jaringan kecil (100 client/PC atau kurang). Sementara bagi yang mengambil spesialisasi di bidang network design. Kesempatan kerja bagi pemegang sertifikasi ini umumnya adalah network administrator.

Jenjang berikutnya adalah Cisco Certified Network Professional (CCNP). Pada jenjang ini pemegang sertifikasi dianggap telah ahli dalam hal menginstall, mengkonfigurasi, serta memecahkan permasalahan LAN atau WAN dengan skala yang lebih luas (100 – 500 client/PC). Untuk mencapai jenjang ini peserta harus mengikuti empat jenis ujian, seperti membangun internetwork, multilayer switch network, remote access network, dan troubleshooting.

Untuk memperoleh dua jenis jenis sertifikasi tersebut ada dua cara yang bisa ditempuh dengan mengikuti kursus pada training center, atau mengikuti pendidikan melalui Cisco Academy Program. Cisco Academy Program merupakan program pendidikan yang digelar Cisco bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) TI.

Berbeda dengan mengikuti kursus yang hanya membutuhkan waktu 10 hari, pendidikan melalui Academy Program ini memerlukan waktu lebih panjang, sekitar 8 bulan – 1 tahun. Kelebihannya, program ini memungkinkan bagi peserta yang belum memiliki pengalaman di lapangan untuk memperoleh sertifikasi dari Cisco. Saat ini ada 80 lembaga pendidikan yang menjadi partner Cisco dalam Cisco Academy Program.

CCIE merupakan jenjang tertinggi dalam jalur sertifikasi Cisco yang artinya pemangang sertifikasi ini telah mampu mengelola dan menangani berbagai permasalahan dalam jaringan sampai skala enterprise. Jenjang ini tidak mudah untuk diraih karena setidaknya kandidat harus sudah mengantongi sertifikasi CCNA dan CCNP terlebih dahulu. Tidak heran jika pemegang sertifikasi ini masih cukup langka, dan menjadi rebutan di bursa pencari tenaga TI. Menurut Kurnijanto, jumlah peraih sertifikasi CCIE ini di Indonesia belum ada 30 orang. Sementara peraih CCNP sudah lebih dari 2000 orang, dan peraih sertifikasi CCNA sudah di atas 10.000 orang.

Seseorang yang berhasil memperoleh sertifikasi CCIE benar-benar merupakan kandidat yang terpilih karena dari data Cisco kurang dari 3% peraih CCNP yang berhasil ke jenjang CCIE. Melewati ujian CCIE juga tidak mudah karena selain harus menyelesaikan soal-soal pilihan berganda dalam waktu 2 jam, peserta juga harus mampu mengkonfigurasi dan mengatasi masalah pada lokasi yang ditunjuk oleh Cisco dalam waktu 8 jam.

Pengikut

Sponsors

Adsense Indonesia
 

Play With Your Imagination. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com